Kamis, 04 Juni 2020

TENTANG DIA (3)

Terlalu banyak tawa
Dan aku berterimakasih.


Selalu ada untuk menemani
Aku tidak pernah berpikir akan seperti ini
Banyak ruang pada hati yang sebelumnya penuh luka
Tidak lagi ingin di isi
Hanya karena berulang kali dikecewakan dengan janji
Namun lagi dan lagi terulang hingga berahkir dan kandas lalu hatipun tertutup rapat
Menolak rasa.. menolak siapapun yang ingin mengetuk dan mencoba masuk kedalamnya.

Lama waktu yang diperlukan hati untuk sendiri
Kemudian terbiasa, lalu lupa untuk mengisi hati
Terbawah masa dan waktu yang bergulir berganti
Sampai pada hari dimana aku tahu kaupun ada dan hadir saat itu
Membuang senyum dan berjabat tangan berkenalan
Semuanya terasa biasa diawal

Kau seperti itu..
  Dengan duniamu yang jauh dari apa aku ketahui
Siapa kamu? Apa yang kamu suka? Bagaimana harimu?
Semuanya aku tidak peduli (waktu itu)

Hingga entah mengapa..
Mungkin karena hati memang sungguh ingin ditemani
Terlalu lama terbiasa sendiri dan menyepi
Kau hadir mengusik rasa yang sudah lama sendiri
Hingga semua tentangmu tidak lagi sama sejak awal bertukar senyum
Duniamu seolah-olah ingin kau bagi denganku saja
Aku ingin itu

Agar lebih banyak tawa
Lebih banyak bahagia
Lebih banyak cerita
Lebih banyak perjalanan bersama
Lebih banyak waktu
Lebih banyak kisah

Untuk kau dan juga aku menceritakannya kembali nanti.



Rabu, 03 Juni 2020

PAPA

Aku bahkan belum berusia 23 tahun waktu itu
Tahun yang berat
Banyak menguras air mataku
Banyak membuatku merasa gagal dalam segalanya
Tahun dimana kami begitu kehilangan sosokmu, papa.

Sebagian yang teringat dan membekas sangat jelas sampai sekarang adalah
Suaramu..
Tawamu..
Raut wajahmu..
Juga bagaimana jika kau mulai memainkan leluconmu.
Kurasa itu bukan sebagian.. itu adalah seluruhnya dirimu yang aku ingat pa.

Aku kembali menulis panjang tentangmu setelah beberapa tahun berlalu..
Aku hanyalah aku yang selalu tidak kuat jika melukiskan kamu lewat aksaraku yang mati.
Tapi sungguh itu bukanlah sunyi yang sepi..
Dalam aksaraku yang membisu dan berjejer rapi .. disana ada tangis juga rindu yang sudah tumpah kemana-mana.

Pa, aku rindu. Aku merindukanmu. Dan tentu saja aku selalu rindu.
Semua hal yang terjadi terkadang masih terulang dengan jelas dalam pikiran. Masih sering menyapa , masih dan kurasa akan terus mengingatkanku tentang bagimana kau yang tidak lagi disisi, tidak lagi bersama kami.

Pa, rindu selalu membawaku kepadamu lewat setiap hal kecil yang dulu pernah aku lakukan bersamamu dan kini tidak lagi.

Pa, kau sering kali membangunkan kami dengan cara menarik selimut yang membungkus badan kami dengan rapi di pagi hari. Kau tahu udara pagi di kota dingin ini sungguh tertolong dengan selimut yang nyaman dan hangat. Dan kau pun tahu kami akan sangat tidak suka jika kau menganggu kami seperti itu. Kau sering melakukannya hanya untuk kami bangun atau mungkin kau hanya ingin menghabiskan beberapa menit waktu bersama sebelum bersiap dan berangkat kerja. Kau juga sering membuka pintu kamar kami lalu tidak menutupnya kembali. Kemudian kau akan berlalu begitu saja sambil tersenyum dan tidak peduli kami yang berteriak memintamu untuk menutupnya kembali.

Pa, ketika aku merindukan semuanya itu mataku mulai berkaca-kaca masih ada sakit dalam hatiku yang tidak kunjung sembuh jika mengingat kau yang tidak lagi ada.

Pa, kau ingat? Pernah sekali , aku memasak dengan mengikuti resep yang ada di majalah yang jadi langganan mama setiap bulannya. Aku ikuti resep masakan itu karena mudah dan bahan-bahannya ada. Kumasak dan jadilah masakan itu. Sayangnya tidak ada orang rumah yang suka. Aku ingat mereka berkata  begini” masakan apa ini?”, “ rasanya seperti masih mentah”. Mereka tidak suka. Aku ingat waktu itu aku kecewa. Aku masuk kedalam kamar dan bersedih sendiri. Tapi ketika kau pulang dari bekerja dan mama menyiapkan makanan untukmu aku masih ingat mama menjelaskan bahwa aku memasak sesuatu dan mama bilang rasanya tidak enak. Entah.. setelah kau menyelesaikan makan siangmu dan duduk bersama di ruang tengah kau berkata “ Enak itu masakan.. kalian saja yang tidak tahu cara makannya, iya toh kaka?.” Aku tersenyum. Kau satu-satunya orang di dalam rumah yang menyukai masakan itu.

Pa, jika kembali aku mengingat waktu itu sungguh pecah tangisku kini.
Kau selalu membuatku merasa bahwa aku bisa. Kau yakin bahwa aku pasti bisa. Entah itu mungkin butuh waktu yang lama untuk aku sepenuhnya berhasil melakukannya dengan baik. Kau selalu berkata seperti ini : Tetap Semangat Walaupun Dalam Kekurangan.  Dan kami akan selalu mengingat itu.

Aku merindukanmu pa,
Dengan sangat.
Segala sakit dan perih itu terus kami hadapi setiap harinya
Dengan membungkus bibir dengan senyum yang terbaik walaupun dalam setiap hari kami merindukanmu dan menyembunyikan tangis sendiri-sendiri.

Pa, tiga tahun sudah kau meningalkan mama, sulung , bungsu dan aku. Hari-hari yang kami lalui baik. Kami bersyukur pada Tuhan karena dimampukan sampai saat ini. Kecuali satu hal yang tidak pernah hilang sejak kepergianmu: Kami sangat merindukanmu dan sungguh perasaan itu sungguh tidak membuat kami baik-baik saja.

Bahagia bersama Yesus di surga Bapa Bro,
We Love You.

Hai. Maria di Tahun 2025

 Hai Maria!  Apa kabarmu? Lama tidak berjumpa dan menyapa. Rasanya banyak hal yang tiba-tiba menjadi senyap. Apapun itu aku tahu kau pasti b...